Kota Metro – detikkini.id
Kota Metro dipastikan bakal diguncang gelombang perlawanan mahasiswa, Senin (1/9/2025). Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Melawan bersiap menggelar aksi hitam besar-besaran dengan sasaran dua institusi strategis yaitu Polres Metro dan Gedung DPRD Kota Metro.
Aksi ini digalang dengan seruan nasional bertajuk #Indonesia(C)emas2025 yang menyebar luas di kalangan mahasiswa dan masyarakat sipil.
Titik kumpul dipusatkan di Kampus Universitas Dharma Wacana (UDW) Metro sejak pukul 07.30 WIB sebelum massa bergerak ke Polres dan melanjutkan long march ke Gedung DPRD.
Koordinator lapangan aksi dari UDW, Nur Fadillah menegaskan bahwa demonstrasi kali ini bukan sekadar seremonial jalanan.
“Aksi ini adalah bahasa perlawanan rakyat. Kami datang untuk mengetuk nurani para aparat penegak hukum dan wakil rakyat yang selama ini abai terhadap penderitaan rakyat,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (31/8/2025).
Aliansi mahasiswa menjadikan kasus dugaan korupsi proyek infrastruktur sebagai isu utama. Jalan-jalan yang cepat rusak, drainase yang tak berfungsi, serta penerangan jalan umum yang terbengkalai disebut sebagai bukti nyata bahwa anggaran publik tidak dikelola dengan benar.
“Rakyat Metro hidup bertahun-tahun dengan jalan berlubang, kota gelap, dan banjir musiman. Ini bukan sekadar salah teknis pembangunan, tetapi soal tata kelola anggaran yang carut-marut dan sarat dugaan bancakan proyek. Kami tidak ingin uang rakyat terus dihambur-hamburkan,” tegas Nur Fadillah.
Aliansi mahasiswa menegaskan aksi ini damai, konstitusional, dan murni untuk agenda rakyat. Mereka menyerukan agar masyarakat ikut serta dalam barisan perlawanan ini.
“Kami tidak menuntut apapun untuk golongan. Tuntutan kami sederhana, Metro yang lebih baik. Jalan mulus, kota terang, dan bebas banjir. Itu hak rakyat. Kami mohon masyarakat bergabung, karena suara rakyat tidak boleh lagi dianggap angin lalu,” katanya.
Sasaran aksi ini bukan tanpa alasan. Polres Metro didesak lebih serius menindak dugaan praktik korupsi yang mencuat dalam berbagai proyek. Sementara DPRD Metro dituding mandul dalam menjalankan fungsi pengawasan.
“DPRD seharusnya menjadi garda terdepan membongkar penyimpangan. Faktanya, mereka diam seribu bahasa. Legislator lebih sibuk kompromi politik ketimbang memperjuangkan rakyat. Kalau pejabat daerah tidak mampu menjawab tuntutan ini, lebih baik mundur,” tandas Nur Fadillah.
Aksi hitam ini dinilai berpotensi menjadi demonstrasi mahasiswa terbesar dalam beberapa tahun terakhir di Kota Metro. Selain UDW, sejumlah kampus lain, komunitas pemuda, hingga organisasi masyarakat sipil disebut siap bergabung.
Aksi besok bukan hanya tentang jalan rusak atau drainase buruk, tetapi simbol dari kekecewaan publik yang menumpuk.
“Ini akan menjadi barometer sejauh mana mahasiswa Metro mampu memimpin gerakan moral untuk mengawal demokrasi lokal,” ujar salah seorang akademisi yang turut mendukung.
Gelombang perlawanan yang dipicu oleh isu nasional dan infrastruktur lokal ini bisa berkembang menjadi tuntutan yang lebih luas yaitu soal integritas pejabat publik, transparansi anggaran, hingga penegakan hukum yang tumpul ke atas tetapi tajam ke bawah.
Besok, Metro tidak hanya akan melihat mahasiswa berpakaian hitam bergerak dari kampus ke jalan, tetapi juga suara rakyat yang menuntut agar kekuasaan tidak lagi diperlakukan sebagai panggung bancakan. (Red)
Keterangan Foto : Koordinator Lapangan Aksi dari UDW Metro

























