Opini, detikkini.id, – Pesta demokrasi adalah momen yang selalu dinantikan, setiap pemilik hak suara berhak untuk memilih. Sebagai ungkapan jatidiri dari rakyat yang membawa mandat dari penjuru hingga pelosok negeri tentang tumpah darah berharap akan mendapatkan kesejahteraan lebih baik lagi.
Melalui proses demokratis, setiap suara memiliki bobotnya sendiri, setiap pendapat dihargai, dan setiap individu merasa termasuk dalam satu kesatuan bangsa. Pesta Demokrasi “Pilkada 2024” juga adalah kesempatan untuk merayakan keberagaman sebagai kekayaan yang memperkuat persatuan kita.
Pada periode ini, para kandidat berlomba-lomba menyampaikan visi, misi, dan program-program yang menjanjikan perubahan positif bagi daerah atau negara.
Namun, fenomena yang sering kali kita temui adalah “obral janji” yang seringkali tidak realistis dan jarang terealisasi. Fenomena ini patut kita cermati dan kritisi demi masa depan demokrasi yang lebih baik lagi.
Seperti yang sering terlihat dari sudut mata yang berharap. Saat kampanye banyak kandidat yang memberikan janji-janji yang terdengar manis di telinga pemilih. Mereka menjanjikan pembangunan infrastruktur, peningkatan kesejahteraan, pembukaan lapangan kerja, perbaikan layanan kesehatan, dan berbagai program lainnya.
Bagaikan tikus-tikus kecil berbisik-bisik di sudut gelap, merencanakan petualangan malam mereka. Seringkali janji-janji ini tidak diiringi dengan rencana yang konkret dan terukur. Akibatnya, ketika mereka terpilih, banyak janji yang tidak terealisasi dan hanya menjadi angan-angan semata.
Dalam beberapa kasus, janji-janji politik tidak diiringi dengan rencana yang konkret dan terukur. Oleh karena itu, penting bagi pemilih untuk memahami janji-janji politik secara kritis dan rasional.
Untuk mengurangi fenomena obral janji ini, peran masyarakat sebagai pemilih sangat penting. Pemilih harus lebih kritis dalam menilai setiap janji yang disampaikan oleh kandidat. Tidak hanya melihat dari sisi janji manis, tetapi juga mempertanyakan bagaimana cara merealisasikannya, dari mana sumber dananya, serta apakah janji tersebut realistis dan sesuai dengan kondisi yang ada.
Salah satu cara lainnya adalah dengan melihat rekam jejak calon (track record) dan mengecek sikap politik tokoh dan partai pendukung. Dengan demikian, pemilih dapat memprediksi nasib janji-janji politik dan memilih calon yang lebih sesuai dengan kepentingan masyarakat.
Menelisik kedalam, Media dan lembaga pemantau pilkada memiliki peran yang krusial dalam mengedukasi masyarakat.
Media harus berfungsi sebagai sumber informasi yang objektif dan independen, menyajikan fakta-fakta yang akurat tentang setiap kandidat dan program-programnya.
Lembaga pemantau juga harus aktif dalam mengawasi jalannya kampanye dan memberikan laporan yang transparan tentang pelaksanaan program-program pasca pemilu.
Dalam konteks ini, pemantauan media memiliki peran penting agar pemberitaan media tetap pada jalurnya dan tidak ditinggalkan publik. Pemantauan media dilakukan untuk memastikan publik mendapatkan konten jurnalistik yang berkualitas dan bebas dari bias.
Demokrasi yang berkualitas bukan hanya soal banyaknya pemilih yang datang ke TPS, tetapi juga tentang bagaimana proses dan hasil pemilu itu sendiri mampu memberikan perubahan yang nyata dan positif bagi masyarakat. Untuk itu, semua pihak harus berperan aktif dalam menciptakan suasana kampanye yang sehat, kompetitif, dan bebas dari janji-janji palsu.
Situasi obral janji dalam pesta demokrasi adalah fenomena yang perlu diwaspadai dan dikritisi. Pemilih yang cerdas dan kritis, peran aktif media dan lembaga pemantau, serta komitmen dari para kandidat untuk memberikan janji yang realistis dan dapat dipertanggungjawabkan, adalah kunci untuk mewujudkan demokrasi yang berkualitas.
Dari ibu pertiwi berdiri hingga Prabowo yang akan mengabdi, pergantian perpanjang tangan pemimpin negeri meliputi pelosok desa hingga pimpinan tertinggi apakah pemilih akan terus berpangku oleh janji?
Mari bersama-sama kita kawal pesta demokrasi agar benar-benar menjadi ajang perwujudan kedaulatan rakyat yang sejati.
Penulis: Goresan Tinta Rakyat Tirani